Fenomena HMPV: Kemenkes Merilis Data Peningkatan Kasus Human Metapneumovirus Sepanjang 2025

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyoroti Fenomena HMPV atau Human Metapneumovirus, seiring dengan adanya peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut yang terdeteksi sepanjang tahun 2025. Meskipun HMPV bukanlah virus baru—pertama kali diidentifikasi pada tahun 2001—sirkulasinya yang meningkat di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak, menuntut kewaspadaan publik. Peningkatan ini terjadi di tengah musim pancaroba dan pergerakan masyarakat yang tinggi. Kemenkes meminta masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap meningkatkan penerapan protokol kesehatan dasar.

Laporan terbaru dari Pusat Data dan Informasi Kemenkes, yang dirilis pada hari Kamis, 23 Oktober 2025, mencatat adanya lonjakan kasus HMPV yang teridentifikasi melalui sentinel surveillance di beberapa provinsi. Secara kumulatif, kasus HMPV yang terdeteksi mencapai 350 kasus teridentifikasi sejak Januari hingga Oktober 2025. Sebagian besar dari kasus ini, yaitu 70%, melibatkan kelompok usia di bawah lima tahun (balita). Data spesifik ini mengindikasikan bahwa kelompok usia rentan ini adalah yang paling terpengaruh oleh Fenomena HMPV yang sedang terjadi, serupa dengan virus pernapasan lain seperti RSV.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, drg. Widyawati, menegaskan bahwa Fenomena HMPV perlu diatasi dengan pola hidup sehat. Virus ini menular melalui droplet pernapasan, mirip dengan flu biasa. Gejala yang dialami umumnya ringan, seperti batuk, pilek, dan demam, namun dapat berkembang menjadi bronkiolitis atau pneumonia pada individu dengan imunitas rendah atau lansia di atas 65 tahun. Penegasan ini disampaikan dalam konferensi pers terbatas pada hari Senin, 27 Oktober 2025, pukul 14.00 WIB, untuk memberikan informasi yang akurat kepada publik.

Untuk mengantisipasi lonjakan lebih lanjut dari Fenomena HMPV, Kemenkes mengimbau masyarakat agar kembali menggalakkan praktik hidup bersih. Langkah-langkah pencegahan seperti mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air mengalir adalah kunci utama. Selain itu, penggunaan masker bagi individu yang sakit wajib dilakukan untuk mencegah penularan ke orang lain. Tim Puskesmas di seluruh wilayah, yang dikelola oleh Aparat Kesehatan Daerah, juga diperintahkan untuk mengintensifkan program edukasi berbasis komunitas mengenai penyakit pernapasan.

Secara medis, HMPV umumnya dapat pulih dengan sendirinya melalui perawatan suportif seperti istirahat yang cukup, menjaga hidrasi tubuh, dan pemberian obat penurun demam. Saat ini, belum ada vaksin spesifik untuk virus ini, sehingga pencegahan dan penguatan sistem imun menjadi benteng pertahanan utama. Laporan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Jawa Barat juga mencatat bahwa gejala mirip influenza yang mereka temukan cenderung lebih lama, mengindikasikan kemungkinan sirkulasi HMPV.

Peningkatan kesadaran terhadap HMPV ini adalah bukti nyata bahwa pengawasan kesehatan masyarakat harus terus dipertahankan, terutama pasca-pandemi besar. Fenomena HMPV mengajarkan pentingnya kesigapan sistem kesehatan nasional. Pemerintah terus memantau kasus melalui surveillance ketat. Hal ini penting untuk memastikan setiap lonjakan dapat direspon dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan kepanikan massal yang tidak perlu.